Teka-teki Keluarga Maxwell, Passion, dan Matematika yang Menyenangkan


Gambar: Gramedia Digital


Data Buku:

Judul Buku: Teka-teki Terakhir
Penulis: Annisa Ihsani
Penyunting: Ayu Yudha
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Cet. 2, Oktober 2017
Halaman: 256
ISBN: 978-602-03-0298-0

"Immortality" may be a silly word, but probably a mathematician has the best chance of whatever it may mean. (G.H. hardy, A Mathematician's Apology)

Passion, agaknya penulis mencoba mengangkat tema besar ini ke dalam ceritanya. Bercerita tentang Laura Welman yang masih berusia 12 tahun, yang pada suatu hari dipertemukan secara tidak biasa dengan sepasang suami-istri Maxwell yang digosipkan di lingkungan kota Littlewood sebagai orang aneh, penyihir, bahkan ilmuan gila. Sejak kecil, Laura dan Jack, kakaknya memang menganggap rumah tetangganya itu angker dan tidak terawat. Hal itu diperkuat dengan jarangnya mereka berinteraksi dengan para orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya.

“Beberapa orang lebih suka menyendiri, itu saja, dan tidak ada yang salah dengan hal itu. mereka jauh lebih baik daripada penggosip-penggosip di kota ini.” (hlm. 26)

Bermula ketika Laura mendapat nilai nol pada kuis Matematika di sekolahnya dan tanpa sengaja membuang kertas tersebut di tong sampah keluarga Maxwell. Lelaki itu menyapa Laura yang sedang pada perasaan tidak menyenangkan ketika melewati rumahnya. Laura begitu heran karena ternyata Tuan Maxwell mengetahui namanya dengan sangat baik, juga keluarganya. Selanjutnya, Tuan Maxwell memberikan sebuah buku bersampul hijau tertulis dalam huruf cetak warna hitam kepada gadis itu. Nol: Asal-usul dan Perjalanannya. Dan hari-hari setelah itu banyak mengubah segalanya dari hidup Laura.

Saat akan mengembalikan buku--lebih tepatnya menanyakan--apakah buku itu hanya dipinjamkan atau memang sudah menjadi hak miliknya, Laura berkunjung ke rumah Tuan Maxwell, dan sejak itulah dia berkenalan dengan Nyonya Maxwell, yang pada hari-hari selanjutnya mengizinkannya untuk meminjam buku-buku yang luar biasa banyak di perpustakaan pribadinya, dan diketahuilah kalau Tuan Maxwell adalah ahli Matematika yang sedang sangat bekerja keras untuk membuktikan Teorema Fermat di sepanjang usia hidupnya.

Matematika bukanlah sesuatu yang mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin untuk dipelajari dengan cara yang menyenangkan. Demikianlah yang dilakukan Tuan Maxwell saat memberikan pemahaman kepada Laura, sehingga Matematika tampak lebih menyenangkan diterima olehnya yang berusia 12 tahun. Begitulah selanjutnya, gambaran aneh dan misterius pada pasangan Maxwell perlahan menjadi hangat dan menyenangkan di mata Laura.

“Matematika murni tidak ada hubungannya dengan dunia nyata, Nona Muda! Matematika murni adalah tentang kebenaran dan keindahan. Siapa peduli dengan kegunaan.” (hlm. 72)

Hari-hari Laura yang semakin sering berkunjung ke rumah pasangan Maxwell, menjadikan hubungannya dengan sahabatnya, Katie menjadi renggang karena Laura sering melupakan rencana yang sudah disepakati bersama. Puncaknya ketika Laura tidak menghadiri pameran lukisan Katie, dan komunikasi mereka semakin buruk karena Katie menganggap Laura sok pintar, sedangkan Laura menganggap lukisan sahabatnya itu tidak berguna.

Karakter-karakter yang ada di dalam buku ini cukup kuat, sehingga pembaca akan mudah membedakan satu sama lain, termasuk Nyonya Maxwell yang tampak begitu bijaksana.

"Kalau aku boleh memberimu satu nasihat, Laura, janganlah terlalu fokus pada satu hal hingga lupa menghargai apa yang ada di sekelilingmu." (hlm. 93)

Buku ini mengajak pembaca untuk ikut berpikir sekaligus belajar melalui teka-teki yang disuguhkan, juga rumus-rumus yang mencoba dijabarkan oleh Tuan Maxwell. Hal ini berhasil memberikan warna, bahwa Matematika juga bisa begitu menyenangkn untuk dipecahkan, sehingga membuat pembaca lebih menyukai Matematika, karena biasanya manusia cenderung membenci apa yang tidak bisa dilakukan atau dimiliki olehnya.

Penulis menuturkan cerita dengan gaya yang mengalir sehingga mudah untuk diikuti siapa saja, dan bahwa kehidupan dunia remaja tidak melulu tentang itu-itu saja. Banyak hal menarik yang bisa dieksplor dari kehidupan remaja, yang seringkali tidak kalah kompleks oleh kehidupan orang dewasa. Cerita ini mungkin tidak berakhir bahagia seperti tipe-tipe cerita dalam dongeng, tapi justru menjadikannya lebih realistis. Bahwa pada akhirnya Tuan Maxwell tidak berhasil menemukan bukti Teorema Fermat yang hilang, itu tidak masalah. Justru hal itu mendorong siapapun untuk tetap bermimpi dan menikmati proses untuk mencapai impian, bahkan jika mungkin, sepanjang hidup seperti yang dilakukan Tuan Maxwell.

“Dalam matematika, kalau bukan yang terbaik, kau bukan siapa-siapa.” (hlm. 92)

Lalu apakah Laura berniat menjadi ahli Matematika? Siapa tahu ...[]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar