[ESAI] Pembelajaran Garing, eh Daring Gara-gara Corona

Oleh: Vera All Hasanah, S.E., M.Si.

Ilustrasi: Pexels

Corona datang Tuhan mencuci dunia
Membungkam kesombongan manusia
Tempat ibadah semuanya ditutup
Manusia bingung cari pegangan

Corona datang bukanlah kebetulan
Mendidikan kita untuk jadi salah
Anak dan istri jabatan kekayaan
Semua itu bukan milik kita

Corona datang Tuhan mencuci dunia
Membungkan kesombongan manusia
Tempat ibadah semuanya ditutup
Manusia bingung cari pegangan

Corona datang bukanlah kebetulan
Mendidik kita untuk jadi salah
Anak dan istri jabatan kekayaan
Semua itu bukan milik kita
Angan dan raga teguhkan hati kami
Ya Tuhan selamatkan kami

Demikian lirik lagu corona yang dinyanyikan Bimbo. Lagu itu jadi viral karena dikira telah diciptakan 30 tahun lalu. 

Gara-gara corona, semua terdampak. Tidak hanya perekonomian, tetapi pendidikan juga mengalami imbasnya. Pemerintah sudah berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan kestabilan ekonomi dan keamanan. Presiden Joko Widodo telah dengan tegas menghibau untuk bekerja dari rumah bagi para pekerja, dan belajar dari rumah bagi para pelajar. Hal itu bahkan diberlakukan juga untuk ibadah; tidak boleh ada kumpul-kumpul yang bergerombol; beribadah harus dilakukan dari rumah.

Untuk mengupayakan segala pembelajaran tetap tersampaikan dengan baik, pemerintah telah mengambil langkah--utamanya di sektor pendidikan--dengan menyelenggarakan program-program pendidikan melalui televisi dan tidak memungut biaya untuk pelajar yang akan mengakses aplikasi Ruang Guru, bahkan ada beberapa operator seluler yang memberi kuota internet gratis untuk mengakses aplikasi pendidikan berbasis daring.

Pembelajaran daring memang menjadi shock terapi bagu pendidik dan peserta didik di mana banyak kesalah pahaman yang diterima oleh pendidik dalam menyingkapi pembelajaran daring, karena kenyataannya peserta didik tidak diberikan pembelajaran secara on line tetapi pendidik hanya memberikan tugas secara on line. Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan kurangnya efisiensi dalam pembelajaran daring. Sarana dan prasarana tentu menjadi salah satu penyebabnya; terbentur kuota, sinyal yang timbul-tenggelam, dsb. Apalagi kalau hujan, sinyal nggak cuma timbul-tenggelam, tapi juga pergi. Jauh sekali.

Pembelajaran daring paling sederhana adalah dengan menggunakan WhatsApp atau dengan google clasroom di mana materi bisa di-share oleh pendidik, kemudian pendidik dan peserta didik bisa berinteraksi dan berdiskusi dengan materi yang ada. Kalau menggunakan WhatsApp, peserta didik langsung cepat untuk merespon, tetapi ada kelemahannya bagi pendidik; jika pendidik mengajar 15 kelas, artinya ada 15 grup chat untuk pembelajaran dan grup chat lain di luar itu. Bisa dibayangkan bagaimana repot dan lelah nya hp (manusianya apalagi) menahan beban grup chat yang semakin tak terhitung jumlahnya.

Lain hal dengan pembelajaran menggunakan google classroom di mana kelebihannya, pendidik akan lebih nyaman menggunakan google classroom karena materi dan tugas di-share dan bisa langsung dikoreksi. Tetapi google classroom memiliki kelemahan; sedikit sekali peserta didik yang merespon tugas dan materi yang di-share dengan alasan hp tidak mendukung dan lupa kode kelas karena semua guru memberikan kode kelas yang berbeda. Hal ini akan menjadi lebih rumit lagi jikalau peserta didik menggunakan google classroom yang bukan miliknya. Bisa jadi dia menggunakan akun kakak, orang tua bahkan akun temannya, sehingga pendidik akan kesulitan dalam merekap nilai, karena nama yang digunakan di akun tidak sama dengan nama di daftar peserta didik.

Kemudian ada yang nyeletuk dengan serampangan, "Pendidik kok tidak hafal nama muridnya?"

Tentu akan sangat mudah menghafal nama peserta didik, jika pendidik hanya mengajar 1 kelas. Tetapi kalau mengajar 18 kelas? Pasti akan lebih banyak yang lupa daripada yang ingat.

Pembelajaran daring memiliki dampak positif; peserta didik menjadi terbiasa dengan membaca karena memang diharuskan membaca, sehingga diharapkan peserta didik senang dan belajar memahami isi bacaan. Misal dengan membaca instruksi pendidik tentang tugas dan materi yang diberikan, meskipun terkadang instruksi tugas yang diberikan pendidik tidak sesuai ekspektasi, bahwa hasil tugas peserta didik--karena kesalah pahaman peserta didik dalam mencerna tugas yang diberikan--menjadi melenceng dari instruksi yang diberikan oleh pendidik. Tetapi hal itu tidak mengurangi niat pendidik untuk memberi penghargaan peserta didik dengan pemberian nilai yang baik.

Kelemahan pembelajaran berbasis daring, selain permasalahan sinyal, kuota boros, juga tidak adanya iikatan emosional antara pendidik dan peserta didik, sehingga seolah-olah pendidik sedang berinteraksi dengan benda mati atau kekosongan karena peserta didik tidak terlihat. Nggak ada rasanya, kalau kata anak milenial zaman sekarang. 

Kalau diberi kesempatan untuk memilih pembelajaran daring atau pembelajaran di sekolah, tentu pendidik dan peserta didik menjawab dengan kompak memilih pembelajaran di sekolah. Dengan bertatap muka secara langsung, maka akan tercipta ikatan emosional antara pendidik dan peserta didik,

Hal itu membuat saya bertekad untuk berjanji dalam hati, jika corona berlalu maka saya akan lebih menikmati masa belajar dan mengajar di kelas dengan banyak karakter peserta didik yang unik dan beragam. Walaupun terkadang ada saja hal-hal menjengkelkan terjadi, tetapi saat seperti ini sungguh membuat kangen suasana itu.

Melalui metode pembelajaran berbasis daring, harapannya kelak jika pandemi corona ini telah berlalu, ketika proses KBM kembali dilakukan di sekolah, kerjasama yang terjalin antara pendidik dan peserta didik lebih solid lagi, sehingga tujuan dari proses pembelajaran itu tercapai dengan baik, dan yang terpenting ... tidak membuat shock dan mati gaya lebih lebih garing daripada saat proses belajar mengajar berbasis daring. 

Corona cepatlah berlalu karena saya rindu..

Corona cepatlah pergi karena Bu Vera rindu kamu... iya, kamu... anak-anakku... []

Tentang Penulis:
Vera All Hasanah, S.E., M.Si., pengajar PKK di SMK Bina Utama Kendal.

3 komentar: