Story of Kale - Bioskop Online |
Story of Kale merupakan fragmen yang masih terhubung dengan film yang mendahuluinya, yang merupakan adaptasi dari sebuah novel Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini dari Visenema Pictures yang rilis pada 23 Oktober 2020 dibintangi oleh Ardhito Pramono, Aurelie Moeremans dan Arya Saloka sebagai pemeran utamanya, dan disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko.
Film ini berdurasi satu jam tujuh belas menit. Dibuka dengan adegan di mana Kale dan Dinda saling duduk membelakangi di bangku masing-masing, di mana Kale sedang memainkan lagu yang mereka ciptakan bersama. Ekspresi wajah Kale tidak terlihat menyenangkan, dan bahkan tampak sangat frustrasi karena secara tiba-tiba, Dinda meminta hubungan mereka segera diakhiri.
Adegan dilanjutkan dengan keributan yang terjadi antara Dinda dan Argo, pacarnya yang ternyata merupakan flashback bagaimana akhirnya hubungan antara Dinda dan Kale terjalin. Pada bagian ini penokohan Dinda maupun Argo begitu kuat, karena saya sebagai penonton pun merasa terguncang dan menyerah untuk melanjutkan menonton. Pada mulanya.
Namun karena dipenuhi oleh rasa penasaran yang disebabkan oleh cara-cara penonton lain menceritakan bagaimana film itu berjalan dengan baiknya, dan dianggap bukan merupakan film yang menceritakan hubungan percintaan yang ‘sekadar’, saya memutuskan untuk memulai menontonnya kembali dan mencoba menahan diri dengan sebaik-baiknya pada adegan keributan antara Dinda dan Argo tersebut. Dan untungnya berhasil.
Cinta yang Tidak Membebaskan
Film ini sangat jelas ingin menyoroti perihal persoalan hubungan percintaan yang tidak selalu baik-baik saja, meskipun yang tampak seolah tidak ada yang salah dengan hubungan itu.
Film ini berdurasi satu jam tujuh belas menit. Dibuka dengan adegan di mana Kale dan Dinda saling duduk membelakangi di bangku masing-masing, di mana Kale sedang memainkan lagu yang mereka ciptakan bersama. Ekspresi wajah Kale tidak terlihat menyenangkan, dan bahkan tampak sangat frustrasi karena secara tiba-tiba, Dinda meminta hubungan mereka segera diakhiri.
Adegan dilanjutkan dengan keributan yang terjadi antara Dinda dan Argo, pacarnya yang ternyata merupakan flashback bagaimana akhirnya hubungan antara Dinda dan Kale terjalin. Pada bagian ini penokohan Dinda maupun Argo begitu kuat, karena saya sebagai penonton pun merasa terguncang dan menyerah untuk melanjutkan menonton. Pada mulanya.
Namun karena dipenuhi oleh rasa penasaran yang disebabkan oleh cara-cara penonton lain menceritakan bagaimana film itu berjalan dengan baiknya, dan dianggap bukan merupakan film yang menceritakan hubungan percintaan yang ‘sekadar’, saya memutuskan untuk memulai menontonnya kembali dan mencoba menahan diri dengan sebaik-baiknya pada adegan keributan antara Dinda dan Argo tersebut. Dan untungnya berhasil.
Cinta yang Tidak Membebaskan
Film ini sangat jelas ingin menyoroti perihal persoalan hubungan percintaan yang tidak selalu baik-baik saja, meskipun yang tampak seolah tidak ada yang salah dengan hubungan itu.
Hubungan Dinda dan Argo adalah hubungan yang sangat beracun, karena Argo adalah lelaki yang terlampau kasar terhadap Dinda, yang tidak segan meluncurkan makian-makian serta melancarkan serangan kekerasan dalam bentuk fisik maupun verbal. Tidak hanya itu, dia juga tidak segan membanting dan merusak barang-barang yang ada di sekitarnya hanya karena hal yang sebenarnya sepele dan seharusnya bisa dibicarakan dengan cara-cara yang baik.
Melihat hal itu, Kale tidak ambil diam dan memilih menyelamatkan Dinda sampai akhirnya dia yang mendapat serangan bertubi-tubi dari Argo. Dia juga mengatakan bahwa Argo bukanlah pasangan yang baik untuk Dinda, karena jika memang Argo mencintai Dinda, Argo tidak akan menyakitinya.
Hubungan Dinda dan Argo berakhir dan berganti menjadi hubungan Kale dengan Dinda. Tetapi rupanya masalah belum ingin selesai, karena lagi-lagi mereka terjebak pada hubungan yang salah. Kale menjadi demikian posesif terhadap Dinda karena bayang-bayang rasa takut ditinggalkan, sedangkan Kale tidak menyadarinya. Dia merasa tidak ada yang salah dengan hubungan mereka, dan semuanya baik-baik saja. Berjalan sebagaimana mestinya.
Dinda menyadari bahwa hubungan mereka bukanlah hubungan yang menyamankan—sama buruknya dengan hubungan Dinda bersama Argo—karena pada akhirnya Dinda memilih untuk berpindah ke lain arah, berpisah, dan tiba-tiba saja sudah akan menikah.
Kesehatan Mental dan Upaya Mencintai Diri Sendiri
Akhir-akhir ini, persoalan kesehatan mental memang sedang ramai-ramainya menjadi sorotan. Adanya anggapan bahwa kesehatan mental bukan sesuatu yang perlu dianggap penting, utamanya di Indonesia menjadikan seseorang yang mengalaminya dianggap lebay atau lemah yang pada akhirnya melahirkan semacam pertahanan diri bahwa dirinya tidak apa-apa. Semua baik-baik saja, kok! Yang ternyata justru akan memperparah keadaan, sehingga keinginan menyakiti diri sendiri dan orang lain–bahkan yang terburuk—bunuh diri pada akhirnya tidak dapat dihindari. WHO menyebutkan bahwa anak muda lebih rentan terkena gangguan mental karena masih dalam proses pencarian identitas, serta penyesuaian diri dengan perubahan hal-hal yang bergerak cepat. Dan kurangnya sosialisasi mengenai Kesehatan mental ini, menumbuhkan stigma bahwa yang disebut orang-orang dengan gangguan mental ini haruslah orang-orang yang menjadi pasien di rumah sakit jiwa.
Orang-orang yang terpapar hubungan tidak sehat ini biasanya tidak benar-benar menyadari bahwa dirinya sedang berdiri pada sebuah rel yang salah, karena menganggap pengorbanan adalah merupakan sesuatu yang wajar-wajar saja untuk dilakukan. Film ini membawa pesan agar kita menjadi lebih peduli dengan hubungan yang kita jalani, agar lebih bisa waspada dan lebih mencintai diri sendiri dan tidak terseret arus hubungan yang tidak sehat.
Penyajian plot yang bergerak zig-zag mengingatkan saya terhadap potongan-potongan film adaptasi novel Dee Lestari (Rectoverso) meskipun dalam Story of Kale ini masing-masing bagiannya masihlah satu kesatuan yang sama. Dan bagi saya ini menarik, namun tidak rumit untuk bisa dinikmati.
Selain itu, alunan I Just Couldn't Save You Tonight yang dibawakan Ardhito begitu menghanyutkan suasana, sehingga kita dibawa pada keadaan yang hening sekaligus nyaring pada satu waktu yang sama.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar