[OPINI] Peringatan Hari Kartini di Tengah Pandemi

Oleh: Desy Wiramurti, S.Pd
Ilustrasi: Vecteezy
Saat ini, kehidupan manusia di seluruh dunia sedang mengalami masalah yang sangat serius. Masalah tersebut merupakan akibat dari adanya pandemi corona atau covid-19. Penyebaran virus Corona sangat cepat. Akibatnya di berbagai negara menerapkan sistem lockdown. Di Indonesia, tidak sedikit orang yang positif corona. Tidak hanya masyarakat biasa, bahkan tenaga medis pun banyak yang terpapar virus corona setelah merawat pasien positif corona. Bahkan korban meninggal pun sudah banyak jumlahnya.

Untuk memutus rantai penyebaran virus corona, pemerintah menerapkan berbagai aturan. Salah satunya dengan ditiadakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Kegiatan pembelajaran dilakukan di rumah dengan sistem online. Di sepanjang semester genap ini, sebenarnya banyak agenda kegiatan yang sudah disusun oleh sekolah. Salah satunya ujian nasional yang terpaksa dibatalkan karena adanya pandemi corona. Hingga bulan April, semua kegiatan siswa dan guru dilakukan di rumah masing-masing. 

Bulan April sebenarnya memiliki makna tersendiri. Setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Di sekolah maupun instansi, Hari Kartini biasanya diperingati dengan berbagai kegiatan. Selain mengenakan pakaian adat, biasanya juga diadakan lomba-lomba. Semua orang sangat bersuka cita menyambut Hari Kartini. Mereka seperti mendapat kesempatan untuk tampil maksimal dengan berpakaian adat dan mengikuti berbagai lomba. Hari Kartini juga menjadi berkah tersendiri bagi para pemilik usaha salon dan persewaan pakaian adat.

Hari Kartini menjadi salah satu hari yang penting bagi masyarakat Indonesia. Hari Kartini memiliki makna yang mendalam, khususnya bagi kaum perempuan. Hari Kartini diperingati untuk mengenang perjuangan Kartini dalam memperjuangkan hak kaum perempuan. Kartini merupakan simbol keberanian. Karena keberaniannya, Kartini berjuang untuk mendapatkan kesetaraan gender. Dulu, para perempuan hanya diperbolehkan berada di rumah. Tidak boleh berpendidikan tinggi, apalagi menjadi seorang pemimpin. Namun, menurut Kartini, laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama, termasuk dalam hal pendidikan.

Berkat perjuangan Kartini, kesetaraan gender di Indonnesia sudah diakui. Banyak perempuan Indonesia yang mampu berkarya, berpendidikan tinggi, bahkan menjadi pemimpin. Kartini menjadi ispirasi banyak perempuan di Indonesia. Perjuangannya untuk terus belajar dan menuntut ilmu sangat perlu dicontoh di zaman sekarang ini. 

Di tengah pandemi corona ini, apakah Hari Kartini tidak perlu kita peringati? Lalu bagaimana cara kita memperingati Hari Kartini sementara semua orang diminta untuk tetap berada di rumah? Sebenarnya banyak cara untuk tetap memperingati Hari Kartini di tengah pandemi corona ini. Memperingati Hari Kartini tidak hanya mengenakan pakaian adat saja. Kita bisa memanfaatkann kepandaian dan kecerdasan kita di banyak hal. Kita juga bisa melakukan hal-hal positif yang berguna bagi diri kita maupun orang lain. Bagi seorang pelajar, bisa dengan cara belajar dan membantu pekerjaan orang tua di rumah. Bukankah hal itu juga wujud perjuangan dalam menuntut ilmu untuk mencapai masa depan dan sesuai dengan cita-cita Kartini?

Hal lain yang bisa dilakukan di rumah adalah dengan berkarya sesuai dengan kemampuan atau keahlian. Di tengah pandemi corona ini, juga banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan sulit memenuhi kebutuhan hidup. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk tetap mendapatkan penghasilan atau membantu kesulitan orang lain. Misalnya dengan berjualan online, membuat masker kain untuk dijual dengan harga wajar, menghimpun dana untuk disumbangkan ke orang yang membutuhkan, dan lain sebagainya. Bukankah untuk melakukan hal-hal tersebut juga diperlukan ilmu dan kecerdasan? Ilmu dalam berkomunikasi misalnya, dan ilmu tersebut juga diperoleh dengan cara belajar. Hal tersebut juga sesuai dengan cita-cita Kartini bukan?

Selain berkarya, hal lain yang dapat dilakukan kaum perempuan selama di rumah yang paling utama adalah dengan lebih memperhatikan kesehatan keluarga. Bagi seorang ibu, apalagi wanita karier atau yang biasa bekerja di luar rumah, tentu memiliki kesempatan lebih banyak untuk bersama keluarga. Seorang ibu bisa menjadi guru bagi anak-anaknya selama belajar di rumah. Untuk bisa menjadi guru bagi anak-anaknya, maka seorang ibu juga harus selalu belajar. Belajar itu tidak mengenal usia, waktu, dan tempat. Dengan belajar, bisa membuka mata kita untuk melihat dunia. Walau saat ini dunia terasa gelap karena pandemi corona, semoga dengan kesadaran semua orang untuk mendisiplinkan diri dan menaati aturan pemerintah, awan gelap yang menyelimuti dunia ini segera terang kembali. Seperti satu kalimat inspiratif yang selalu melekat di hati kita semua, “Habis Gelap Terbitlah Terang.” Selamat Hari Kartini.[]

Tentang Penulis:
Desy Wiramurti, S.Pd., mengajar Bahasa Indonesia di SMK Bina Utama Kendal.

2 komentar: