[DIALOG] Mengikuti Lokakarya Ruang Kreatif Daring Bersama Bli Putu Fajar Arcana

Oleh: Nita Jepi Tamara

Gambar: Dokumentasi Lokakarya

Pada mulanya, aku mendapat info lokakarya daring tersebut di sebuah story WhatsApp, yaitu pelatihan menulis melalui kelas online via aplikasi Zoom. Pelatihan ini dinarasumberi oleh redaktur koran Kompas yaitu Bli Putu Fajar Arcana. Awalnya aku kurang yakin untuk ikut mengirim karya, terlebih belum banyak tulisan yang kukerjakan. Tetapi, setelah dipikir-pikir, apa salahnya mencoba? Toh, kita nggak akan pernah tahu hasilnya seperti apa jika nggak mencobanya, kan?

Di pamflet tertera time line pengiriman karya; paling akhir pengiriman karya tanggal 12 April 2020 sedangkan aku memutuskan mengirim--setelah lebih dulu menulis dan mengedit--sebuah cerpen yang bertema lokalitas kota Semarang ke alamat surel ruangkreatif@indonesiakaya.com. Lega rasanya.

Aku tidak tahu kapan pengumuman seleksi lokakarya diumumkan. Dan pada mulanya, kupikir aku harus melupakannya karena nggak ada kabar apa pun dari panitia pelaksana lokakarya. Sampai pada Jumat siang tanggal 17 April 2020. Ada pesan WhatsApp  masuk, dari sebuah nomor tak dikenal.  Dia mengaku bernama Angel dan merupakan salah seorang panitia pelaksana lokakarya tersebut. Isi pesan tersebut memberitahu bahwa aku lolos seleksi dan berhak mengikuti lokakarya pelatihan menulis berbasis daring bersama Bli Putu Fajar Arcana. Tentunya aku sangat senang karena hal yang sebelumnya tak pernah berani kuimpikan itu kini jadi kenyataan. Sebuah kepercayaan diri terlahir dari diriku sendiri. Ketika kita percaya dengan kemampuan diri sendiri dan berani menunjukan itu, tidak ada yang tidak mungkin.

Pelatihan dilakukan pada hari Sabtu siang jam 14.00 WIB. Semua peserta diberikan username serta password dan link untuk masuk ruang diskusi aplikasi Zoom.  Kelas dibagi menjadi dua; kelas A dan kelas B. Kelas A dilakukan pada pagi hari, sedangkan untuk kelas B dilakukan pada siang hari. Setiap kelas berisi 25 peserta. Hatiku berdebar-debar, karena setelah masuk ruang diskusi aplikasi Zoom, barangkali dari 25 peserta hanya aku yang paling muda dan masih berstatus sebagai pelajar SMK, karena peserta lain meliputi; guru SMA, guru SMP, guru TK, mahasiswi University of Michigan, dan pengarang-pengarang lain yang dari luar Jawa.

“Kita beralih ke Mbak Nita Jepi Tamara, dari kota mana, Mbak?“ tanya Bli CAN, begitulah Putu Fajar Arcana kerap disapa.

“Dari Kendal, Pak“ jawabku. Jantungku rasanya ingin copot. Tanganku gemetar, badanku kaku. Aku hanya menjawab dengan singkat sangking dipenuhi perasaan grogi.

“Kendal, Jawa Tengah atau Jawa barat, Mbak?“ tanyanya kembali.

“Jawa Tengah, Pak“.

“Dari Kendal cuma kamu saja ya, Mbak. Di Kendal sudah diberlakukan PSBB belum?“

“Untuk saat ini belum, Pak“

“Semangat mengikuti pelatihan, ya. Ikuti kelas ini dengan baik.“ 

Setelah perbincangan berakhir, aku lega sekali meski perasaan deg-degan masih ada namun tak seperti sebelumnya. Sesi perkenalan selesai berlanjut sesi pembelajaran. Pembelajaran itu menjelaskan tentang bagaimana cara membuat pembaca penasaran untuk membaca sampai habis tulisan yang kita buat.  Tidak ada sesi tanya jawab sebelum penjelasan selesai. Materi yang dibahas oleh Bli CAN meliputi; plot/alur, ide menarik perhatian, ilmu jurnalistik, berbagai macam pembuka cerita dan ending cerita. Aku paham yang disampaikan Bli CAN saat pembelajaran meskipun ada sedikit hal yang ingin kutanyakan. Sesi tanya jawab pun dimulai, dan hanya 3 pertanyaan saja yang akan dijawab. Aku hanya mendengarkan dengan saksama. Dari 25 peserta, hanya tersisa beberapa peserta saja karena terhambat sinyal dan urusan lain.

Pembelajaran berlangsung cukup lama hingga jam 17.00 WIB. Sebelum pembelajaran berakhir, Bli CAN memberikan tugas untuk dikumpulkan malam ini juga tepat jam 21.00 WIB. Tugas tersebut membuat riset yang bertema Rumah sebagai ruang bersama menghadapi pandemi. Pandemi di sini bebas, bisa pandemi yang saat ini terjadi atau masa lampau yang pernah terjadi. Aku hanya memiliki waktu 4 jam untuk menyelesaikannya. Pikiranku sangat buntu sekali saat itu, aku bingung mencoba menenangkan pikiran dengan menonton televisi dan berharap menemukan ide. Adzan isya berkumandang, lalu aku menemukan ide yang menceritakan kehidupan desaku. Kuingat kemarin kakakku berkata bahwa di desa ada maling motor di saat kondisi seperti ini, akhirnya segera kutulis. Jam dinding menunjukan 20.50 WIB. Rasa tegang, was-was, dan takut menjadi satu. Jam menunjukkan kurang dari 5 menit lagi aku berhasil mengirimkan naskahku. Lega sekali.

Hari kedua aku mengikuti pelatihan seperti jam biasanya 14.00 WIB. Rasanya tidak berubah tetap sama, aku merasa cemas dan deg-degan.

“Mbak Nita Jepi Tamara, sudah siap?” sapa Bli CAN siang itu.

“Insya Allah siap, Bli” jawabku singkat.

“Jangan lupa siapin cemilan biar nggak ngantuk.” candanya.

Aku hanya membalas senyum. Kakak-kakak yang di kelas B cukup ramah dan baik. Di grup sering sekali berbagi pengalaman bahkan promosi karya mereka. Aku cukup senang bisa mengenal pengarang hebat seperti mereka. Aku ingin sekali seperti mereka suatu saat nanti. Sesuatu hal yang besar perlu dimulai dengan hal-hal kecil terlebih dahulu.  Seperti aku yang giat berlatih menjadi jurnalis di sekolah misalnya. Hobi membaca salah satunya bisa menambah ilmu pengetahuan dan kosa kata untuk semakin lancar dalam mengungkapkan ide dalam bentuk tulisan.

Beberapa peserta sudah mendapat penilaian daru Bli CAN, meski ada beberapa yang salah mengerjakan dan itu diakui oleh peserta tersebut. Ibu Ley Hay dari Papua, misalnya. Aku urutan 24 dari 25. Itu disesuaikan urutan saat mengirim tugas. Tiba saat giliranku, Bli CAN memintaku untuk membaca hasil karanganku.
“Tulisanmu bagus, namun kamu di sini lebih menceritakan tentang keadaan pengarang. Nanti paragraf ke-tiga kamu langsung menceritakan tokohnya agar cerita itu lebih jelas lagi,” komentarnya.

“Baik, Bli. Cerita ini saya ambil dari keadaan desa saya saat ini,” jawabku.

“Iya, Mbak. Saya tahu, tapi agar lebih menariknya lagi,  paragraf ke-tiga langsung masuk menceritakan tokoh agar lebih bagus. Karyamu sudah bagus tingkatkan lagi,” ujar Bli CAN.

Karena waktu yang terbatas, Bli CAN hanya menyampaikan sedikit komentar. Masih terdapat satu peserta lagi, sebelum pembelajaran berakhir. Kami satu kelas saling sapa dan tanya jawab dengan Mbak Inne dan Mbak Annisa sebagai seniman dan pemain teater. Cantik dan cerdas orangnya. Mbak Inne baru saja membuat cerita sangat bagus dan rapi dengan hanya memerlukan beberapa menit langsung jadi. Ingin aku suatu saat seperti Mbak inne, seorang ibu sekaligus pemain teater, penulis dan seniman. 

Setelah acara selesai, segala materi yang kami pelajari saat pelatihan dikirim dalam bentuk soft file PDF. Selanjutnya Mbak Angel memberikan informasi bahwa riset yang kami buat dijadikan tulisan cerpen yang utuh. Karya tulis tersebut akan diseleksi kembali untuk dijadikan e-book Kompas Digital. Aku berharap  karya tulisku berhasil lolos. Meski saat penilaian dari kelas B yang menarik hanya satu peserta dari Jambi yaitu Kak Nafri Dwi Boy yang berjudul Pesta Ulang Tahun. Karya tulisku bukan yang terburuk, setidaknya hal yang membuatku tetap semangat. 
Setelah selesai kami mengucapkan yel-yel seperti saat lokakarya akan dimulai.

“Cinta budaya, cinta Indonesia!” ucap kami serentak.

Dari grup ini aku mengenal satu penulis yang menurutku ramah meskipun aku baru mengenalnya. Namanya kak Siska dari Banyumas, Jawa tengah. Ia adalah guru TK dan baru saja masuk Universitas. Dia lulusan SMA tahun 2016 silam. Dia sudah berhasil menerbitkan buku. 

Aku sangat senang bisa mengenal dunia jurnalis meskipun baru 2 tahun ini. Dari SMK Bina Utama, aku mengenal ilmu jurnalistik. Aku ingin berterima kasih kepada Bu Lerry, Bu Retno, Mbak Fina, serta Bapak/Ibu guru lain yang selalu membimbingku. Yang mulanya aku hanya pengunjung perpustakaan yang hobi membaca saja, sekarang menulis untuk bisa dibaca orang lain. Sungguh perkembangan  yang tidak kusangka. Sekarang bisa menulis berita, karya ilmiah, cerpen, dan puisi meskipun belum sempurna. Jika aku nggak sekolah di SMK Bina Utama Kendal, mungkin aku belum tentu mendapatkan itu semua.[]

Tentang Penulis:
Nita Jepi Tamara, siswa kelas XII TKJ 1 yang sekaligus anggota ekstra kukikuler Jurnalistik SMK Bina Utama Kendal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar