[KHAZANAH] Perilaku Utama Sang Manusia Pilihan

 Oleh: Eko Wardoyo, S.Ag

Ilustrasi: Unsplash/Dan Calderwood

“Sungguh Tuhan telah mendidikku dengan sebaik-baik didikan.” ( Muhammad SAW )

Beruntunglah bulan Robi’ul Awal di mana telah dilahirkan seorang manusia utama, 'manusia model' yang dihadirkan oleh Allah SWT untuk memperbaiki tatanan moral/ perilaku manusia di dunia ini. Beribu ucapan dan goresan tinta tak pernah mampu menggambar ketinggian akhlak dan kedudukannya yang memang sudah ditinggikan oleh Allah sendiri.

Allah berfirman, "Jika tidak karenamu (Muhammad) tidaklah AKU ciptakan dunia ini," dan “Sungguh dia adalah makhluk paling awal dalam penciptaan dan paling akhir dalam kebangkitanya”, Dua hadits ini sebetulnya cukup untuk menggambarkan keistimewaan dan ketinggian derajatnya.

Sayid Jakfar bin Hasan Al Barzanji seorang ulama agung pada zamanya dari negeri Barzinj Turkistan dengan penuh ketakdhiman yang luar biasa mengatakan: “Surga dan seluruh keutamaanya adalah kabar gembira bagi siapa saja orang yang mau bersholawat dan mengambil keberkahan darinya (Nabi Muhammad SAW”. Beliau adalah manusia pilihan-Nya yang hanya karena berbahagia mendengar kelahiranya, membuat seorang pendosa/ kafir yang sepanjang hidupnya memusuhi agama Allah SWT dan nabinya (Muhammad), diringankan / dihentikan siksanya setiap hari senin, hari di mana Muhammad lahir dan ia membebaskan budaknya karena bahagia. Beliau manusia model yang oleh Tuhan sendiri dikatakan bahwa, "Dirinya ( Muhammad) mempunyai akhlak yang sangat terpuji.”

Sebetulnya banyak akhlak/ prilaku beliau yang luar biasa, yang patut kita jadikan teladan, akan tetapi karena keterbatasan ruang akan kita angkat 5 perilaku saja, yang jika kita ikuti mampu membuat membuat kita indah di hadapan orang lain.

1. Bijaksana dan berorientasi kebersamaan

Pada saat itu ka’bah yang merupakan kebanggan orang Arab sedang dipugar/ diperbaiki. Maka ketika sudah mulai hampir selesai, tinggal menyisakan 1 hal, yaitu peletakan kembali hajar aswad ke tempatnya semula. Maka terjadilah keributan yang hampir sampai pada pertikaian. Meletakkan hajar aswad merupakan suatu kehormatan dan kemuliaan besar, sehingga masing-masing kabilah / suku siap memperjuangkannya meskipun mengangkat pedang. Masalah tak kunjung selesai karena semua suku ingin menjadi yang meletakkan batu mulia itu, hingga sampai akhirnya terjadi kesepakatan bahwa yang berhak membawa dan meletakkan hajar aswad ke tempatnya semula adalah siapa pun orangnya yang besok pagi paling awal datang ke ka’bah.

Maka keesokan harinya, semua suku melihat, kira2 siapakah orangnya yang paling awal datang ke ka’bah dan akan diberi kehormatan membawa hajar aswad ke tempatnya semula. Begitu semua suku melihat bahwa orang yang pertama kali datang di ka’bah adalah Muhammad, maka semua suku merasa lega karena kehormatan meletakkan hajar Aswad ke tempatnya semula adalah orang yang tepat, orang yang memang oleh masyarakatnya diberi gelar al-Amin ( yang terpercaya), yang tidak pernah berdusta,, dan ia dari keturunan yang mulia dan dihormati.

Begitu melihat Muhammad yang pertama kali datang ke ka’bah maka semua kepala suku menghampiri Muhammad dengan hati tenang dan semua mempersilahkan beliau untuk mengangkat hajar aswad, batu yang sangat dimuliakan sejak jaman nabi Ibrahim karena konon berasal dari surga.

Maka setelah Muhammad dijemput semua kepala suku, Muhammad meminta kain untuk dihamparkan sebagai alas pembawa hajar aswad. Setelah kain disiapkan maka Muhammad mengangkat hajar aswad tersebut diletakan diatas kain, kemudian setelah itu Muhammad mempersilakan semua kepala suku yang ada di Mekkah untuk memegang setiap ujung kain dan diangkat bersama-sama.

Sungguh tindakan yang sangat luar biasa dan bijaksana. Semua suku ikut merasa puas dan lega atas keputusan yang telah diambil Muhammad, yaitu keputusan yang bijaksana dan berorientasi kebersamaan / persatuan.

2. Kesabaran yang tinggi

Beliau adalah seseorang yang mempunyai kesabaran tinggi. Banyak contoh yang menimbulkan decak kagum luar biasa, baik dari kaum muslim sendiri ataupun dari para peneliti shirah. Suatu contoh: Suatu ketika ada seorang ada seorang tua yang sangat suka meludahi sampai melempari kotoran unta setiap kali beliau lewat hendak ke ka’bah, berbulan-bulan dia melakukan perbuatan itu dengan rasa bangga karena telah ikut mengkerdilkan Muhammad SAW yang menurut mereka telah sesat dari agama jahiliyah.

Setiap kali terkena kotoranya, Muhammad hanya mengusap/ membuang kotoran itu dengan sabar sambil mendoakan kebaikan kepada siapa pun pelakunya. Ketika suatu hari beliau lewat dan tidak mendapati 'kado istimewa' berupa ludah ataupun kotoran unta, beliau mencari kira-kira siapa orang itu.

Pada saat beliau mengetahui ada orang tua yang sudah beberapa hari sakit, maka Muhammad mendatanginya sambil membawakan sesuatu dan mendoakan kesembuhan untuknya. Demi mendapatkan kejadian seperti itu maka si sakit berterus terang tentang sikap jahatnya pada beliau itu dan memohon maaf. Dengan ringan hati tanpa dendam apapun beliau hanya tersenyum sambil berkata, “Aku sudah memaafkanmu, bahkan sebelum engkau meminta maaf .” Mendengar jawaban seperti itu, si pelaku tambah bingung dan tidak habis pikir ternyata manusia yang banyak dicaci banyak orang Mekkah tidak seperti yang mereka bayangkan.

Di lain peristiwa, pada saat beliau berangkat hijrah ke Madinah, disebarkanlah sayembara bagi siapa saja yang bisa membawa kembali Muhammad dalam keadaan hidup atau mati akan diberi imbalan 100 ekor unta. Maka berangkat seorang preman jagoan yang bernama Suroqoh. Ia memacu kudanya sangat kencang untuk menyusul Muhammad SAW yg berjalan kaki. Ketika sudah kelihatan di depan mata, ia memacu kudanya dengan sangat cepat sambil menghunuskan pedangnya. Tetapi Allah SWT melindungi orang pilihanya, setiap jarak 10 meter sebelum sampai kepada nabi bumi terbelah dan menarik kaki kuda Suroqoh, maka kuda berhenti dan ia jatuh terpelanting.

Kejadian itu berulang sampai tiga kali, sehingga yang terakhir nabi mendatanginya dan bertanya, “Apakah yang kau inginkan, Suroqoh?”

“Aku akan membunuhmu demi untuk 100 ekor unta.”

Suroqoh yang sangat dekat dengan nabi berusaha akan mengayunkan pedangnya, tetepi seluruh persendianya terasa kaku dan tidak dapat digerakkan, kemudian tubuhnya pertahanan lemas dan jatuh tersungkur di tanah. Ia menangis dan meminta maaf atas kesalahanya, kemudian nabi memaafkanya. Bahkan beliau berkata, “Sekarang pulanglah ke Mekkah, besok kau akan melihat kunci istana Persia tunduk kepada Islam. Dan setelah berpuluh tahun kemudian ternyata benar bahwa kerajaan Persia ditundukan oleh Umar bin Khattab dan Suroqoh benar-benar melihat kunci-kunci istana Persia diserahkan kepada Islam.(cont.)

Penulis:


 
Eko Wardoyo, S.Ag
Penulis adalah Guru PAI SMK Bina Utama Kendal dan ketua Jam'iyah Dzikir Rotibul Kubro Kab,Kendal

 

3 komentar:

  1. Masuk pak eko

    M ALFIYAN NURIL IMAN

    BalasHapus
  2. Materi yang sangat nenarik dan mudah di pahami

    BalasHapus
  3. Materi yang sangat bermanfaat

    Bintang Eka Putra Maflik
    X TKRO 3

    BalasHapus