[TIPS] Lancar Menulis dengan Metode Tiga Kata


Oleh: Fina Lanahdiana

Ilustrasi: Kolektif


“Menulis itu seperti bermain kungfu. Anda tidak akan pernah menjadi jago kungfu meski seumur hidup menonton Jacky Chan atau Jet Lee tanpa berlatih kung fu.” 
(Helvy Tiana Rosa)

Barangkali kamu pernah berpikir bahwa menulis hanyalah sebuah aktivitas menulis. Ya, menulis. Menulis saja. Toh, hanya menulis. Sebatas menuliskan huruf-huruf menjadi rangkaian kalimat di atas kertas, seperti saat sedang mencatat materi yang dipaparkan Bu Guru/Pak Guru di depan kelas. Menulis soal-soal, menulis surat, menulis yang diajarkan pada pelajaran Bahasa Indonesia saat kelas satu SD sebagai dasar untuk membaca, kemudian memahami apa-apa yang dipelajari di sekolah.

Menulis yang akan kita bahas di sini adalah perihal menuliskan gagasan. Apa saja. Dan tentu hal ini juga sudah diajarkan di pelajaran Bahasa Indonesia secara berulang-ulang di setiap jenjang pendidikan. Tetapi, meskipun sudah diajarkan berulang-ulang tetap saja banyak yang berasumsi bahwa menulis itu sulit dan sebagainya. Terlebih, banyak yang berpikir bahwa menulis itu membutuhkan bakat. BIG NO!


Hal ini terbukti ketika siswa diberikan tugas untuk menulis, tidak sedikit yang memilih jalan pintas dengan cara menyalin tulisan orang lain dari internet dan mengakui sebagai karyanya sendiri. Mengetahui hal itu, jelas membuat saya patah hati sepatah-patahnya. Mengapa? Mengakui karya orang lain sebagai karya sendiri sama halnya dengan menjadikan dirimu seorang pencuri. Ya, pencuri. Karya seburuk apa pun jelas lebih baik jika ditulis atas hasil kerja keras sendiri, dan bukannya mencuri karya orang lain dan mengakuinya sebagai karya pribadi. 

Menulis itu sulit? Jawabannya bisa ya dan bisa tidak. Pada kesempatan kali ini, izinkan saya berbagi sedikit hal dari terlalu banyak hal perihal menulis.

Mari kita sebut metode ini dengan metode tiga kata. Saya mengadopsi metode dari sebuah workshop menulis dengan salah satu pematerinya adalah Agus Noor. Bagaimana caranya?

1. Tertarik dan berminat untuk menulis.

2. Tentukan 3 kata secara acak. Jika kamu kesulitan untuk memilih 3 kata tersebut, kamu bisa meminta bantuan temanmu untuk memberikan 3 kata untukmu. Misalnya saja saya memiliki 3 kata: kucing, lampu, dan pengemis.

3. Buatlah kalimat dari 3 kata tersebut. Jika kamu belum memiliki kerangka hendak menuliskan apa, kamu bisa menggunakan satu kata untuk satu paragraf.

Contoh:

a. Kucing
Seekor kucing melintas ketika seorang pemuda mengendarai motornya dengan kecepatan penuh. Ia yang terlambat menyadari bahwa di depannya ada seekor kucing yang sedang menyeberang jalan, seketika menekan kedua rem yang berada di dekat stang motornya dengan tiba-tiba. Tetapi karena pengereman begitu mendadak, hal itu justru menjadikan roda motornya tergelincir sehingga membuatnya jatuh dan mengalami luka-luka.

b. Lampu
Selain mengalami luka-luka, beberapa bagian motornya juga rusak, termasuk kaca lampu bagian depan motornya yang pecah. Beruntung tidak ada korban lain ketika itu, sehingga perasaannya cukup lega: setidaknya cara mengendarainya yang cukup ceroboh tidak menyebabkan orang lain terluka. Seorang laki-laki setengah baya membantunya untuk bangun, kemudian menepikan motornya agar tidak mengganggu kendaraan lain yang melintas.

“Apakah kamu baik-baik saja?”

“Sepertinya begitu. Terima kasih sudah membantu, Pak. Saya begitu ceroboh dalam berkendara.”

Pemuda itu mengatakannya dengan meringis menahan sakit. Tentu saja ia tidak benar-benar baik-baik saja.

“Lain kali lebih berhati-hati.”

“Baik, Pak. Bagaimana dengan kucing tadi?”

“Sepertinya tidak terluka.”

c. Pengemis
Pemuda tersebut melanjutkan perjalanan meskipun masih meringis menahan sakit. Tentu saja, ia harus pergi ke sekolah. Di sebuah perlintasan lampu merah, ia melihat seorang pengemis. Tepatnya dua. Seorang ibu yang tengah menggendong bayinya. Tapi ada sesuatu yang aneh bahwa bayi itu tertidur dengan sangat pulas. Seketika ia teringat sesuatu. Ia pernah membaca perihal pengemis yang sengaja membawa bayinya dalam gendongan untuk menjadi peminta-minta agar lebih menarik perhatian para dermawan. Tetapi dalam artikel yang ia baca tersebut menyebutkan bahwa kemungkinan bayi tersebut sengaja dibuat tertidur pulas dengan cara memberinya obat tidur.


4. Pertama-tama perlu terlalu berpikir apakah kalimat antar paragrafnya sudah terhubung atau belum. Tulis saja terus sampai tulisan itu cukup menjadi satu kesatuan yang utuh.

5. Paragraf-paragraf tersebut masih bisa dikembangkan dengan cara yang sama, atau kamu bisa melanjutkannya secara bebas sesuai dengan keinginan. Jika sudah terbiasa menggunakan metode tiga kata tersebut, maka akan menciptakan suatu pola kebiasaan yang akan memudahkan ketika merangkai kalimat demi kalimat dalam menulis. Tentunya cara ini akan lebih terasah jika terus-menerus melakukan latihan, seperti sebuah pepatah ‘BISA karena TERBIASA’. 

6. Biarkan kalimat-kalimat lain mengalir sehingga pada akhirnya menjadi cerita yang utuh.

7. Endapkan tulisan yang telah selesai kamu tulis. 

8. Hal yang tidak kalah penting adalah proses mengedit tulisan agar terhindar dari kesalahan ketik, sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta menjadi tulisan utuh yang mengandung maksud untuk memberi informasi kepada pembaca.

9. Selamat mencoba menggunakan metode tiga kata.


Jadi, bagaimana? Menulis itu sulit? Jawabannya bisa ya bisa tidak. Tergantung kamu lebih suka memilih yang mana.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar