PUISI M. AFTHONIL ATQO, X TKRO 3
Waktu terasa ingin kuputar
Di kala adeganku menatapmu secara diam
Aku terpojok, tersudut tak bergerak
Ketika senyummu merubah suasana perasaan.
Kamu adalah sosok wanita yang kuidamkan
Senyumu seperti kopi yang dipadukan susu
Wajahmu seperti senja di sore hari
Matamu seperti cahaya fajar di kala subuh
Yang dipadukan dengan Seragam identitas Biru.
PUISI-PUISI GIE
Unsplash/Roman Kraft |
?
Kala otak dan mata tak lagi berkompromi
Harmoni selaras tak pula sinergi
Bayang logika berharap bukan elegi
Tapi,
Cukup kejap mata pun terbit pagi
Gejolak batin meratap takdir ilahi
Sudikah ijabah pinta hamba ini?
Berujung ikatan restu di esok hari
Lembutkan hati penentang kami
Luaskan peluk rizki yang terbagi
Damai tentram, harapan, berkasih sayang
Segerakan...
Yakin Kau wujudkan
Pasti Kau kabulkan
Mohon Kau berkenan
Teruntuk Wanitaku
Bukan amarah diri menghinggapi
Bukan pula kesal hati menaungi
Pahamku pada titik kondisi
Bahu kecilmu cukup terbebani
Amanah ilahi di kanan kiri
Tak pedulikan pengar orang caci
Mampu berdiri di atas kaki sendiri
Padamu kumohonkan ini
Luaskan hati menjemput hari di nanti
Deraskan do'a bahagia bersama
Eratkan hati tebas ego dalam diri
Senyum merekah berbingkai sakinah
Hangat peluk bertabur mawadah
Selaras sejalan menggandeng rahmah
Sayang...
Sabarmu adalah harapanku
Senyummu adalah semangatku
Sehatmu adalah syukurku
Bahagiamu adalah do'aku
Bersamamu adalah syukur terdalam
Atas mengharap jawaban do'a dan semangatku mengikhtiarkanmu
PUISI-PUISI SEMESTA PAGI
Unsplash/Julian Hochgesang |
Pada Suatu Musim Hujan
udara masih dingin
kabut tebal tumbuh pada derajat celcius yang semakin subuh
aku bangun dari malam yang jaga;
beginilah, jam tidur sering menyala sia-sia
“lerailah rindu, mataku yang tiba-tiba menjadi kamu”
Januari 2013
Perjanjian Jari Manis
tersebab pertemuan menjadi semacam ikrar
pada masing-masing kita untuk tidak membesarkan ingkar
jari manis ini lonceng jam bagi bunyi;
yang dengannya jarak akan tunduk pada rindu yang berlabuh
seperti halnya perahu yang menepi untuk menunggu matahari
kembali meninggi esok hari
kemudian deretan panjang alasan yang dibuat-buat oleh angin
adalah rumah teduh bagi hujan yang dingin.
Januari 2013
PUISI-PUISI Rn
Unsplash/Melissa Eswee |
My Friend
Oooi....
Sneeekk.....
Kumpul!!!
Selayak pesta
Mereka berteriak mengaduh
Mereka berloncatan menembus dinding yang tak tertembus
Mereka tertawa girang
...
...
Seorang jadi korban
Tawa itu pecah
di gemuruh
Keabadian
Perjalanan Sang Lakon
Dia berperan
Dia berlaga
Dia bermain
Dia berakting
Dia di panggung sandiwara
Ketidaktahuannya
Kepura-puraannya
Semua tlah diatur
Dia hanya sang lakon, yang
menunggu Tik selanjutnya…!!!
Kapan aku berhenti??
“Sang lakon mulai mengeluh
Kapan aku mengerti?
Dia berpikir
Sang lakon terduduk
terdiam, membisu, perlahan tersenyum
Sesekali orang melirik memandanginya iba
Meneteskan air mata
Ke muaraNya jugalah semua kan berlabuh
Jangan tangisi.
Rindunya Dalam Dendam
Rindu di kesedihan
Dendam dalam kepedihan
2 bahasa mengisi hati
Aku rindu
Dalam dendam!!!
Aku rindu?!
Adil sudah
Adil
Semua adil
Adil semua yang terlahir didunia
Tak ada guna memperebutkannya
atas oleh bawah
tua oleh muda
besar oleh kecil
tinggi pada rendah
Dan rindunya pada dendam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar